BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kelompok
Kelompok
(group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu
atau lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai sasaran-sasaran tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok
dari empat kelompok prespektif, diantaranya :
- Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi dari anggota lain.
- Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi, mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
- Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang keberadaannya sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
- Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan
bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana perilaku dan
atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau prestasi anggota
yang lainnya.
Dipandang
dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan manajerial
dan karena adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja untuk
melaksanakam pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan
berinteraksi dengan kelompok lain, masing-masing mengembangkan satu set
karakteristik yang unik termasuk struktur , kepaduan peran, norma-norma dan
proses. Kelompok juga menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok
akan bekerja sama atau bersaing dengan
kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat memicu akan adanya konflik.
2.2. Ciri
– Ciri Utama Kelompok
Penelitian
mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan
(empat) cirri kelompok yaitu :
- Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang menyebabkan terjadinya interaksi di antaranya ke arah tujuan yang sama.
- Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu dari yang lain berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapan-kecakapan yang berbeda-beda antara individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai terbentuk pembagian tugas serta struktur tugas-tugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang kkhas Dalam interaksi kelompok kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk kelompok sosial dengan cirri-ciri yang khas.
- Pembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-usaha dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
- Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya itu.
2.3. Manfaat Kelompok
bagi Organisasi
Banyak manfaat
yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan
organisasi, antara lain:
1.
Kelompok merupakan alat perjuangan
bagi anggotanya.
2.
Kelompok dapat digunakan untuk
meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
3.
Kelompok lebih baik daripada
perorangan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut orang banyak
4.
Anggota kelompok dapat memperoleh
keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5.
Kelompok dapat mengendalikan dan
mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka yang tidak masuk dalam
kelompok
6.
Kelompok membantu menangkis pengaruh
– pengaruh negative dari meningkatnya organisasi yang semakin besar.
7.
Kelompok adalah fenomena alami di
dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak dapat dihalangi, dan
dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.
2.4.
Syarat Pembentukan Kelompok
Kumpulan individu-individu
yang mempunyai hubungan tertentu yang membuat mereka saling bergantung satu
sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna atau dengan kata lain memiliki
hubungan tertentu yang bermakna. Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok
apabila memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
- Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainya.
- Adanya kesadaran kelompok sebagai anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
- Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran.
- Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan untuk mencapai tujuan.
- Saling interaksi, berkomunikasi untuk bereaksi terhadap anggota lainnya.
- Merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam mencapai tujuan kelompok dengan terbentuk struktur kelompok.
2.3.1 Alasan
Mengapa Orang Membentuk Kelompok
Menurut
(Gibson dkk, 1989, 205-207, Marvin E.Shaw, 1981, 81-97)
1. Pemuasan
Kebutuhan
Hasrat untuk
mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan dapat merupakan daya motivasi
yang kuat dalam pembentukan kelompok.
Ø Keamanan
Individu
yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena sendirian.
Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan terhadap ancaman.
Ø Sosial
Keinginan
untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota kelompok menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
Ø Penghargaan
Dalam
lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi karena berbagai macam
alasan (missal; keahlian, teknis, kegiatan di luar, dsb).
2. Kedekatan
dan Daya Tarik
Kedekatan
adalah jarak fisik antara para karyawan yang melaksanakan pekerjaan , sedangkan
daya tarik adalah menunjukkan daya tarik orang yang satu dengan lainnya karena
mereka mempunyai kesamaan persepsi,sikap,hasil karya atau motivasi.
3. Tujuan
Kelompok
Untuk
mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan lebih dari satu
atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau kekuasaan
untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Alasan
Ekonomi
Motif
ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka menganggap akan
memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari pekerjaan mereka, jika
mereka membentuk kelompok.
2.4
Sumber Kelompok
Tingkat prestasi potensial sebuah
kelompok sebagian besar tergantung pada sumber daya yang dibawa anggota –
anggotanya secara pribadi kedalam kelompok.
Ø Kemampuan
Menetapkan
parameter bagi apa yang dapat dilakukan anggota dan bagaimana efektifnya mereka
akan dalam sebuah kelompok.
Ø Ciri – Ciri
Kepribadian
Besarnya
pengaruh setiap satu ciri adalah kecil, tetapi menggabungkan cirri – cirri kepribadian,
akibatnya bagi para pelaku kelompok sangat berarti.
2.5. Tipe – Tipe Kelompok
Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja direncanakan atau
sengaja dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari struktur
organisasi formal. Kendati begitu, kelompok juga kerap muncul melalui proses
sosial dan organisasi informal. Organisasi informal muncul lewat interaksi
antar pekerja di dalam organisasi dan perkembangan kelompok jika interaksi
tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri, kendati tidak
digariskan lewat struktur formal organisasi. Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara kelompok formal dan informal.
1. Kelompok Formal
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur
organisasi dan pembagian kerja yang ditandai untuk menegakkan tugas – tugas.
Kebutuhan dan proses organisasi menimbulkan formulasi tipe – tipe kelompok yang
berbeda – beda. Khususnya ada dua tipe kelompok formal, diantaranya :
Ø
Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi.
Kelompok terdiri dari bawahan yang melapor langsung kepada seorang supervisor
tertentu. Hubungan wewenang antara manajer departemen dengan supervisor, atau
antara seorang perawat senior dan bawahannya, merupakan kelompok komado.
Ø
Kelompok tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja
– sama untuk menyelesaikan suatu tug`s atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan
para karyawan administrasi dalam perusahaan asuransi pada waktu orang
mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas yang harus dilaksanakan.
Kelompok formal ini
merupakan organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara
tegas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran . Tujuan
organisasi ini akan menentukan struktur organisasinya. Jadi, struktur
organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan-kegiatan
untuk pencapaian tujuan organisasi , hubungan antar fungsi-fungsi, serta
wewenang dan tanggung jawabnya.
DIMENSI-DIMENSI DASAR STRUKTUR
ORGANISASI
Pembagian kerja
- Relatif dapat menurunkan keterlibatan kerja , maupun kepuasan kerja karyawan
- Menimbulkan kebosanan karena pekerjaan menjadi monoton
- Mengakibatkan tingkat komitmen karyawan lebih rendah dan kehilangan motivasi
- Dapat mempengaruhi tingkat prestasi organisasi
Wewenang = Hak melakukan sesuatu atau
memerintah orang lain untuk melakukan
sesuatu
Kekuasan = Kemampuan untuk
melakukan hak tersebut
Tanggung
jawab = Kewajiban untuk melakukan sesuatu
Rentang
kendali = Berapa orang banyak jumlah bawahan yang dapat
dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.
Struktur Flat
- Mempunyai rentangan melebar/banyak
Struktur Tall
- Hanya sedikit jumlah bawahan yang berada dibawah kendali seorang atasan sehingga memungkinkan pengawasan dan disiplin yang ketat.
- Diterapkan dalam Struktur Klasik
Dimensi Struktur yang lain
- Komunikasi dalam organisasi
- Hubungan lini dan staf
- Sentralisasi dan desentralisasi
- Rantai wewenang skalar
- Kessatuan perintah
Sebagai contohnya adalah sponsor, karena sponsor menggunakan
struktur-struktur organisasi formal guna mencapai target yang ingin
diraih (keuntungan).
KELOMPOK KERJA FORMAL ORGANISASI
KELOMPOK KERJA FORMAL ORGANISASI
Organisasi mempunyai beberapa tipe utama kelompok kerja formal,yaitu:
- Kesatuan tugas khusus (special task forces) : Kesatuan tugas khusus atau tim, dibentuk untuk menangani suatu masalah atau tugas khusus. Kesatuan ini keberadaannya hanya sampai tugas diselesaikan atau masalah terpecahkan. Kesatuan tugas biasanya dibentuk untuk menangani masalah - masalah dan tugas –tugas yang kompleks dan melibatkan beberapa satuan kerja organisasi yang meliputi para wakil dari suatu organisasi, ditambah para ahli yang secara teknis diperlukan untuk menangani masalah atau tugas.
- Panitia : Panitia tetap (standing committess ) dan panitia Ad hoc. Panitia tetap ( dikenal sebagai panitia sruktural ) adalah bagian tetap dari struktur suatu organisasi yang dibentuk untuk menangani tugas yang terus-menerus ada dalam organisasi seperti panitia anggaran, panitia pengembangan, produk baru, panitia pembelian, dsb. Panitia ini biasanya membuat rekomendasi formal kepada menejer tingkat atas atau mempunyai wewenang untuk membuat keputusan sendiri bagi suatu kegiatan organisasi yang terbatas. Panitia Ad Hoc mempunyai fungsi yang serupa dengan panitia tetap, hanya tidak bersifat tetap. Tujuan dibentuknya panitia manajemen adalah untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi, memberi saran manajemen, puncak atau bahkan membuat keputusan sendiri.
- Dewan atau komisi
2.
Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelolpokan
secara wajar dari orang – orang dalam situasi kerja untuk memenuhi kebutuhan
sosial. Dengan perkataan lain, kelompok informal tidak muncul karena dibentuk
dengan sengaja, tetapi muncul secara wajar. Orang mengenal dua macam kelompok
informal khusus diantaranya:
Ø Kelompok
Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari
kelompok komando atau kelompok tugas yang sama, mungkin bergabung untuk
mencapai sesuatu sasaran bersama. Para karyawan yang bersama – sama bergabung
dalam kelompok untuk membentuk front yang terpadu menghadapi manajemen untuk
mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan wanita yang mengumpulkan uang
persen mereka merupakan contoh dari kelompok kepentingan. Perlu diketahui juga
tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan dengan tujuan organisasi, tetapi
tujuan itu bersifat khusus bagi tiap – tiap kelompok.
Ø Kelompok
Persahabatan (Friendship Group)
Banyak
kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu kesamaan, misalnya
usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini
seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan
diluar pekerjaan.
Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera
menjadi jelas bahwa mereka termasuk dalam berbagai macam kelompok yang sering
bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua klasifikassi kelompok yang luar
: kelompok formal dan informal. Perbedaan
utama antara keduanya adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan
kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk
mencapai tujuan, sedangkan kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok
persahabatan) adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka
memenuhi kebutuhan pokok akan berkelompok).
Kelompok informal
memainkan penting dalam dinamika perilaku organisasi. Organisasi informal
berdiri di atas struktur yang tidak jelas, fleksibel, sukar didefinisakan,
anggotanya sulit ditentukan, dan pola hubungan di antara para anggotanya tanpa
tujuan yang khusus. Kelompok - kelompok informal muncul tak terhindarkan kapan
saja orang-orang bergabung bersama dan berinteraksi kapan saja orang-orang
bergabung bersama dan berinteraksi dalam pengelompokkan-pengelompokkan sosial.
Alasan utama
terbentuknya organisasi informal adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
manusiawi yang tidak sepenuhnya dapat dipuaskan oleh organisasi formal, seperti
pengenalan diri, pengetahuan tentang perilaku yang diterima, perhatian,
pelestarian nilai-nilai budaya, bantuan dalam pencapaian tujuan, kesempatan
berpengaruh dan berkreasi, dan kebutuhan akan informasi serta
berkomunikasi.dalam pengelompokkan-pengelompokkan sosial.
PENYEBAB MUNCULNYA KELOMPOK INFORMAL
Ada banyak alasan kenapa
organisasi informal bisa muncul dan berkembang. Beberapa yang
jadi penyebab munculnya organisasi informal :
Pada
dasarnya individu memiliki kebutuhan untuk mendapat kepuasan dalam berafiliasi
dengan orang-orang dilingkungannya
Jika
dalam organisasi formal kebutuhan terssebut kurang dapat dipenuhi, maka ia akan
mencari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya. Itulah organisasi informal.
Munculnya biasanya dikarenakan adanya sekelompok orang memiliki kebutuhan yang
sama.
Kebutuhan-kebutuhan
yang mendasari terbentuknya organisasi informal :
- Kebutuhan sosial
Orang membutuhkan lebih dari sekedar komunikasi yang bersifat formal
berdasarkan struktur dalam organisasi formal. Orang butuh lebih dari itu untuk
memenuhi kebutuhannya sosialnya.
- Pengetahuan perilaku yang dapat diterima
Melalui organisasi informal, orang akan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
tentang berbagai perilaku yang dapat diterima di lingkungan organisasi. Hal
tersebut tentu saja tidak mungkin disampaikan dalam organisasi formal.
- Perhatian / simpati
Membangun perhatian atau simpati dapat pula dilakukan melalui organisasi
informal,karena disini orang melakukan proses sosialisasi tanpa adanya batas
atau tanpa melihat posisi dalam organisasi formalnya.
- Bantuan dalam pencapaian tujuan
Organisasi informal juga membantu organisasi formal dalam mencapai
tujuannya, melalui bentuk komunikasi untuk mempermudah anggota organisasi lebih
paham tanpa melalui saluran-saluran yang resmi.
- Kesempatan berpengaruh dan berkreasi
Melalui organisasi informal seseorang diberi kebebasan untuk berkreasi dan
mempengaruhi orang lain sesuatu yang mungkin tidak pernah terjadi ( karena
posisi yang dimilikinya ) dalam organisasi formalnya
- Pelestarian nilai-nilai budaya
Secara sadar atau tidak sadar, organisasi informal turut melestarikan dan
mensuburkan nilai-nilai budaya yang dimiliki organisasi. Walaupun secara formal
budaya ini juga disampaikan dan dikembangkan pada seluruh anggota organisasi.
- Komunikasi dan informasi
Kebutuhan terakhir yang mendasari organisasi informal adalah kebutuhan akan
komunikasi dan informasi. Terutama komunikasi dan informasi yang tidak bisa disampaikan
atau tertutup melalui organisasi formal.
SIFAT KELOMPOK INFORMAL
Beberapa
alasan kemunculan organisasi informal itu menyebabkan sifat organisasi informal
adalah :
hubungan didalamnya lebih bersifat spontan dan tidak terorganisir.
kepemimpinan organisasi seperti diantara dua pilihan apakah organisasi tersebut
formal atau informal.
Tidak bertitik tolak pada pengendalian manajemen seperti dalam organisasi
formal.
PERBEDAAN KELOMPOK FORMAL DAN KELOMPOK INFORMAL
Perbedaan pokok antara organisasi formal dan informal adalah bahwa
organisasi formal mempunyai tujuan, struktur, dan pola hubungan kerja yang
teratur melalui menajemen. Organisasi informal berdiri diatas struktur yang
tidak jelas, fleksibel, sukar didefinisikan, keanggotaannya sulit ditentukan
dan pola hubungan diantara para anggota tanpa tujuan yang khusus.
Argyris mengemukakan empat bidang utama dimana organisasi
formal dan informal berbeda:
1. Hubungan antar pribadi
Dalam
organisasi formal hubungan diantara orang-orang digambarkan dengan jelas yaitu
hubungan antar orang ditentukan sedangkan daalam hubungan informal sangat
tergantung pada kebutuhan - kebutuhan mereka.
2. Kepemimpinan
Para
pemimipin ditetapkan dan ditunjuk dalam organisasi formal, sedangkan dalam
organisasi informal pemimipin muncul dan dipilih.
3. Pengendalian perilaku
Dalamorganisasi
formal mengendalikan perilaku karyawan melalui balas jasa dan hubungan,
sedangkan dalam organisassi informal mengendalikan dengan pemenuhan kebutuhan.
4. Ketergantugan
Karena
kapasitas pemimpin formal terletak pada balas jasa dan hubungan, para bawahan
lebih tergantung dari pada para anggota suatu organisasi informal. Walaupun ada perbedaan tersebut
adalah suatu kesalahan bila menganggap kelompok formal dan informal sebagai dua
kesatuan organisasi yang terpisah. Keduanya hidup bersama dan tidak dapat
dipisahkan setiap organisasi formal selalu mempunyai organisasi informal dan
setiap organisasi informal berkembang dalam berbagai tingkatan formal.
FUNGSI-FUNGSI KELOMPOK INFORMAL
Fungsi-fungsi
yang dilaksanakan kelompok informal sbb:
1)
Menetapkan, memperkuatkan dan meneruskan norma-norma dan nilai sosial budaya
penting para anggota kelompok.
2)
Memberikan dukungan terhadap tujuan organisasi dan bantuan terhadap tugas
manajer.
3)
Menstimulasi komunikasi efektif dan dinamik sebagai alat komunikasi tambahan
4)
Memberikan kepuasan dan status sosial kepada anggota yang tidak dapat diberikan
organisasi formal.
MASALAH YANG DICIPTAKAN
Kelompok informal ini walaupun tidak ditetapkan secara formal oleh
organisasi, dapat ditimbulkan berbagai masalah bagi manajer. Masalah tersebut
antara lain adalah bahwa kelompok informal menciptakan konflik, mendorong
penolakan terhadap perubahan, menghidupkan dan menyebarkan desas-desus, dan
mengembangkan keseragaman diantara anggota termasuk pembatasan pelaksanaan
kegiatan.
SIKAP MANAJEMEN TERHADAP ORGANISASI
FORMAL
Kelompok informal tidak dapat dihindarkan kehadirannya, dan manajemen akan
melakukan tindakan sia-sia dan bila mencoba menetang dan menghapuskannya hal
ini akan menimbulkan konflik terus-menerus. Sikap manajemen yang baik adalah
memahami, mencari penyesuaian, dengan melakukan kerja sama yang saling
menguntungkan kelompok informal. Manajemen organisasi formal lebih memusatkan
perhatian untuk memelihara kesatuan untuk pencapaian tujuan organisasi, dan
organisasi informal memberikan kepaduan, kerjasama dan kepuasan sosial bagi
para anggota organisasi.
2.6. Fungsi – Fungsi Kelompok
Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi
menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi kebutuhan individual.
Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang
kompleks yang saling berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh
siapapun, sebagai sarana untuk mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau
pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas tertentu, dan sebagai wahana
sosialisasi serta pelaksanaan keputusan yang rumit.
Fungsi
kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka
macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan
kebutuhan persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk
mengembangkan, meningkatkan, dan menegaskan rasa identitas dan memelihara harga
diri, sebagai sarana untuk menguji kenyataan sosial melalui diskusi dengan
orang lain, pengembangan perspektif, dan konsensus bersama yang dapat
mengurangi keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah
keputusan.
2.7.
Perbedaan Kelompok dan Tim
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4 variabel yaitu: Sasaran, Sinergi,
Akuntabilitas, dan Keahlian.
1. Sasaran
a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu
membuat keputusan kinerja masing-masing.
b. Tim :
Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2. Sinergi
a. Kelompok : Netral (kadang negatif)
b. Tim :
Positif melaui usaha yang terkoordinasi.
3. Akuntabilitas
a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi.
b. Tim :
Individual dan saling melengkapi.
4. Keahlian
a. Kelompok : Acak dan jarang
b. Tim :
Saling mengganti
PENGEMBANGAN TIM
Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis,
ada perbedaan antara kelompok kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja
berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu membuat keputusan
kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam usaha
bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali semata-mata merupakan sajian
akhir dari kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut.
Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha
yang terkoordinasi. Usaha individu memberikan tingkat kinerja lebih besar
daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen untuk mencari sinergi
positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang ektensif
menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar
tanpa peningkatan dalam input.
Contoh perbedaan kelompok dan tim,
sebagai berikut:
KELOMPOK
|
TIM
|
·
Anggota
beranggapan pengelompokan hanya sekedar administrasi.
·
Pendekatan
hanya sebagai tenaga bayaran.
·
Mengerjakan
tugas bagian masing-masing masih harus diperintah.
·
Dalam
penyampaian saran harus berhati-hati, karena dapat dianggap sebagai upaya
untuk memecah belah.
·
Dalam
penerapan hasil kerja sangat dibatasi oleh pemimpin.
·
Anggota
tidak berperan aktif terhadap pengambilan keputusan.
|
·
Anggota
menyadari ketergantungan satu sama lain,dan tidak mencari keuntungan pribadi.
·
Adanya
komitmen terhadap sasaran yang akan dicapai.
·
Rasa peka,
atau sadar diri terhadap tugas masing-masing, yang dapat dikontribusikan
untuk keberhasilan.
·
Bekerja
dalam suasana saling percaya, saran dapat diterima dengan terbuka.
·
Penerapan
hasil kerja sangat didukung oleh tim.
·
Anggota
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
|
TUJUAN TIM
Tim
dibangun dengan tujuan untuk membantu kelompok fungsional menjadi lebih
efektif. Karena rasa individualisme dan persaingan atar pribadi relatif tajam
dalam organisasi, maka tidak semua kelompok kerja dapat dikategorikan ke dalam
suatu tim. Lima atau enam orang yang sedang menyelesaikan suatu proyek belum
menjamin bahwa mereka bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan. Secara spesifik,
membangun sebuah tim artinya harus mengembangkan semangat, saling percaya,
kedekatan, komunikasi, dan produktivitas.
- Semangat : Muncul karena masing-masing anggota percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Makin tinggi tingkat kepercayaan mereka atas kemampuannya, makin besar pula motivasi mereka untuk menyelesaikan tugas dengan baik
- Saling percaya : Rasa saling percaya antar sesama anggota merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap anggota tim, agar tim mampu bekerja secara efektif.
- Kedekatan : Kedekatan antar anggota merupakan perasaan yang mampu menyatukan anggota secara sukarela. Suatu kelompok yang kohesif adalah kelompok yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Mereka mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi terhadap kelompoknya. Umumnya kelompok yang kohesif akan lebih produktif.
- Komunikasi : Agar tim bisa berfungsi dengan baik, semua anggota harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi secara baik, bicara secara terbuka satu sama lain, memecahkan konflik yang ada, dan secara bersama menghadapi masalah. “Poor communication means no team” [1]
- Produktivitas : Tim seyogianya dapat menyelesaikan tugas yang tidak mungkin dilaksanakan perorangan. Melalui saling berbagi sumber daya, ketrampilan, pengetahuan, kepemimpinan, maka tim berpotensi sangat lebih efektif daripada perorangan.
PROSES MEMBANGUN TIM
Tidak
ada satu cara khusus yang dipakai untuk membangun sebuah tim. Tujuan untuk
membangun tim yang bersemangat, memiliki kedekatan, saling percaya, dan
produktif dapat dilakukan dengan banyak cara. Apapun caranya, hal yang penting
diingat adalah tim itu sendiri harus mengembangkan kemampuan
mengidentifikasikan persoalan kerja mereka dan sekaligus juga memecahkannya.
Lima tahap atau langkah yang umumnya dilakukan dalam membangun sebuah tim
diuraikan di bawah ini.
Langkah
I . Membentuk Struktur Tim
Setiap tim harus bekerja
dengan suatu struktur yang memadai agar berdaya menangani isu-isu berat dan
memecahkan persoalan-persoalan yang rumit. Walau struktur bisa berbeda antara
perusahaan satu dengan lainnya, namun komponen yang umumnya ada meliputi :
·
Tim
Pengarah, yang terdiri atas manajer-manajer tingkat atas, pimpinan serikat
kerja (kalau ada), manajer lini, penyelia, pimpinan tim, dan orang-orang
penting lainnya. Seperti seorang pilot, kelompok tersebut menetapkan
seperangkat tindakan dan berperan sebagai nara sumber dan pemberi umpan balik
atas kegiatan tim
·
Perancang
Tim, merupakan tim lintas sektoral yang mencakup anggota-anggota dari semua
jenjang dan fungsi dalam organisasi. Anggotanya terdiri atas para penyelia dan
para manajer.
·
Pemimpin,
merupakan unsur penting bagi keberhasilan tim. Pemilihan pemimpin merupakan
faktor penting, mereka harus yang bergaya partisipatif. Pemimpin tipe X kurang
tepat untuk diminta sebagai pemimpin tim.
·
Rapat-rapat,
merupakan aktivitas yang terpenting. Agenda ini harus difasilitasi dan
dilakukan relatif sering. Pimpinan harus dilatih untuk mengelola proses rapat
dan proses terjadinya hubungan antar pribadi. Proses rapat antara lain mencakup
perencanaan dan penggunaan agenda, mengelola jalannya rapat, mendistribusikan
notulen rapat, mengatur bahan dan waktu rapat. Saat rapat berlangsung pimpinan
rapat harus mampu meningkatkan partisipasi semua anggota untuk mengeluarkan
gagasannya, mengatasi pertentangan akibat adanya perbedaan pendapat, menangani
anggota-anggota yang “sulit”, dan menciptakan suasana rapat yang dinamis.
·
Proses
konsultasi. Kehadiran pihak ketiga dalam upaya membimbing, mengajar, membantu
menyelesaikan konflik, kadang sangat diperlukan. Karena sesungguhnya mereka
bukan anggota tim, konsultan dapat memberikan tantangan bagi anggota tim. Mereka
bisa lebih obyektif dan bisa lebih bebas bekerja dan berpendapat ketika
membantu tim. Konsultan juga bisa membantu membangun aturan-aturan dan
cara-cara kerja. Mereka bisa diminta untuk mendidik anggota tim dalam
menggunakan peralatan, metode kerja, dan memecahkan masalah agar tim bisa lebih
produktif.
Langkah II : Mengumpulkan
informasi
Membangun
tim harus dimulai dengan penilaian diri anggota kelompok (self-assesment), untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki oleh setiap anggota. Pengembangan tim dapat ditetapkan berdasarkan
data yang diperoleh dari survai tentang sikap, wawancara dengan anggota tim,
dan pengamatan atas diskusi-diskusi kelompok. Cara-cara tersebut bermanfaat
untuk menilai sejumlah hal, antara lain iklim komunikasi, rasa saling percaya,
motivasi, kemampuan memimpin, pencapaian konsensus, dan nilai kelompok.
Langkah III : Membicarakan
Kebutuhan
Informasi
yang diperoleh dalam langkah II harus dirangkum dan diumpan-balikan kepada
anggota tim. Tim harus mendiskusikannya secara terbuka, dan mencoba
menginterpretasikannya. Melalui proses ini akan ditemukan sejumlah kebutuhan ;
kekuatan yang ada harus dicoba dipertahankan dan dikembangkan sedangkan
kelemahan harus segera diatasi. Proses ini bisa berlangsung dalam beberapa kali
pertemuan guna menemukan hal-hal yang memang sangat dibutuhkan. Proses ini
sangat penting dalam upaya untuk menetapkan sendiri tujuan tim. Melalui
pemahaman atas kekuatan dan kelemahan diri sendiri, tim sudah dalam kondisi
siaga untuk mendiagnosis masalah dan menemukan jalan keluarnya.
Langkah IV : Merencanakan
sasaran dan menetapkan cara pencapaiannya.
Begitu
isu-isu diklarifikasikan, tim harus menetapkan tujuan dan misinya, serta
menetapkan prioritas kegiatan. “Perhaps most importantly, a team must have a
shared sense of mission. Whether we are talking about a temporary
work improvement team, or branch, all members must share the sense of mission”[2] Hal yang paling utama dilakukan oleh tim
adalah bekerja pada isu yang oleh anggota dianggap paling penting. Dengan
agenda yang ditetapkan sendiri, tim akan lebih komit pada proses pelaksanaan
dan pengembangannya. Kelompok harus mengembangkan skedul tentatif dan rencana
tindakan guna mencapai tujuan. Konsultan akan sangat membantu dengan cara
memberikan saran-saran tentang teknik atau kegiatan yang mungkin dilakukan
dalam upaya mencapai tujuan. Pengembang organisasi atau spesialis pelatihan harus
mengetahui jenis-jenis latihan, film, modul-modul, atau studi kasus, guna
membantu kelompok agar bisa mengembangkan ketrampilan yang diperlukan bagi
efektivitas kerja tim.
Langkah V : Mengembangkan
Ketrampilan
Sebagian
besar proses “pembangunan tim” akan memusatkan kegiatannya pada pengembangan
ketrampilan yang diperlukan untuk menciptakan tim yang berkinerja tinggi.
Seperti halnya para atlit olah raga, setiap anggota tim harus belajar bermain,
bergerak, dan
mempraktekan
ketrampilan mereka. Beberapa jenis ketrampilan yang sangat diperlukan dalam
membangun tim yang baik adalah :
1.
Kesadaran
untuk mengembangkan kelompok.
Harus disadari oleh semua
anggota tim bahwa kemajuan suatu tim dilakukan melalui tahapan-tahapan yang
bisa diprediksi, yaitu fase orientasi, fase evaluasi, dan fase kontrol. Fase
orientasi ditandai oleh adanya ragu-raguan para anggota kelompok akan peran
mereka. Mereka kurang memahami apa yang harus mereka lakukan selaku anggota
tim. Pada fase evaluasi, anggota cenderung meng- alami konflik yang disebabkan
oleh kekurang-setujuan mereka terhadap cara-cara penyelesaian tugas. Dalam fase
ini kelompok bisa terpecah-pecah dalam beberapa koalisi. Dalam fase kontrol,
kelompok kembali bersatu, karena mereka mulai memahami satu sama lainnya.
Apa yang terjadi di atas
merupakan gejala normal yang banyak terjadi. Faktor kepemimpinan merupakan hal
yang paling krusial dalam hal ini. Jika pimpinannya baik maka ketiga fase
tersebut tidak berlangsung lama, sehingga tim dapat segera bisa berfungsi.
2.
Klarifikasi
Peran
Bahkan ketika tim sudah
mulai bekerja, kadang mereka masih bingung tentang apa yang harus mereka
lakukan, dan juga siapa yang harus melakukannya. Dalam upaya mencapai
tugas-tugas kelompok, setiap anggota harus memahami peran mereka masing-masing.
Mereka harus tahu dengan baik apa yang harus mereka kerjakan dan juga
batas-batas kewenangannya. “Team members must know what others expect
from them. Ambiguity in role expectations produces stress and hampers
performance”[3]
Uraian jabatan formal
seringkali tidak sesuai dengan harapan masing-masing anggota, oleh karena itu
pembagian peran sebaiknya dibicarakan bersama. Dalam diskusi ini harus dibahas
misi kelompok, kepada siapa kelompok harus melaporkan hasil kerjanya?,
kewenangan apa yang dipunyai kelompok?, siapa yang menentukan pimpinan mereka?,
apakah anggota kelompok setuju pada pembagian pekerjaan?, dan apakah peran
masing-masing anggota kelompok tidak bertentangan atau tumpang tindih satu sama
lainnya?.
Seperti hanya dengan
anggota tim olahraga, kelompok kerja memerlukan pengetahuan tentang apa yang
dimainkan oleh dirinya dan diri anggota lainnya. Berdiskusi dengan tujuan
menjernihkan atau mengklarifikasikan peran masing-masing anggota merupakan
agenda penting untuk memulai kerja dalam tim.
3. Pemecahan Masalah.
Memahami bagaimana
menggunakan teknik-teknik pemecahan masalah merupakan hal penting yang
menunjang keberhasilan kerja tim. Setiap anggota tim harus bisa berpartisipasi
menggunakan beberapa cara dasar dalam memecahkan masalah di bawah ini :
·
Diagram
Pareto, menggambarkan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim. Setiap “bar” menunjukan tingkat seringnya
masalah tertentu muncul, atau biaya yang diakibatkan oleh adanya masalah. Tim
harus berupaya untuk memecahkan masalah yang sering muncul atau yang dampaknya
paling merugikan.
·
Diagram
Alur Kerja, menggambarkan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan mulai dari
awal sampai dengan akhir. Dengan mempelajari diagram tersebut setiap anggota
dapat membayangkan proses kerja tim secara keseluruhan.
·
Diagram
Sebab-Akibat, biasanya juga disebut dengan nama diagram “tulang ikan”. Di
dalamnya tertera masalah utama dan secara berurutan hal-hal lain yang
diperirakan sebagai penyebab munculnya masalah.
·
“Brainstorming”, setiap anggota kelompok
diberi kesempatan untuk mengembangkan gagasan-gagasan sebebas dan sebanyak
mungkin. Setiap gagasan dituliskan dalam “flip-chart”.
Anggota tidak diperkenankan untuk “membunuh” gagasan segila apapun. Melalui
cara ini diharapkan muncul pemikiran kreatif guna pemecahan masalah.
·
Rencana
tindakan, memungkinkan apa yang telah diputuskan untuk segera dilaksanakan.
Peran dan tanggungjawab diberikan, Laporan diperlukan. Biasanya temuan-temuan
dan rencana tindakan disajikan di hadapan manajemen atau panitia pengarah untuk
memperoleh persetujuan, atau sebagai informasi dan komunikasi.
·
Bagan
pertanggung-jawaban menggambarkan kegiatan-kegiatan, waktunya, tekniknya, dan
orang yang melaksanakannya. Adanya bagan ini semua anggota tim mengetahui
secara rinci keseluruhan proses kegiatan yang sedang berlangsung.
Pelatihan
yang komprehensif, diikuti oleh pelatihan individual, membantu anggota tim
menerapkan alat-alat di atas dengan benar. Setiap orang harus bekerja dan
senantiasa memperbaiki ketrampilannya. Bangsa Jepang menyebutnya “Kaizen”.
4.
Konsensus
dalam mengambil keputusan.
Sebagian besar keputusan di
tempat kerja dibuat oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Konsensus terjadi
manakala semua anggota mengatakan : “Saya sepakat dengan keputusan itu, walau
tidak 100% setuju, namun saya sangat mendukungnya”. Konsensus berbeda dengan
demokratis. Keputusan yang diambil secara demokratis mengandalkan pada suara
terbanyak, artinya masih ada anggota tim yang tidak setuju, yaitu minoritas.
Pihak yang tidak setuju biasanya tidak sungguh-sungguh bersedia melaksanakan
hasil keputusan. Dalam teknik pengambilan keputusan melalui konsensus yang
sebenarnya, keputusan diambil setelah semua anggota setuju. Melalui penambahan
waktu dan kesabaran, setiap anggota mengemukakan secara panjang lebar
pendapatnya sehingga semua pihak mengerti. Konsensus tidak hanya merupakan cara
terbaik dalam pengambilan keputusan, namun juga berpotensi memunculkan komitmen
tinggi pada diri setiap anggota tim untuk melaksanakannya. Kualitas keputusan
melalui consensus memang sangat baik, sehingga memudahkan pelaksanaannya karena
semua yang mengambil keputusan sepakat atas apa yang telah diputuskan.
Pengambilan keputusan
secara konsensus tidaklah mudah, oleh karena itu setiap anggota perlu
memperoleh latihan guna memiliki ketrampilan yang diperlukan. Studi kasus yang
diikuti oleh analisis kelompok merupakan salah satu bentuk pelatihan. Di sini
akan terlihat beberapa perilaku : “Apakah anggota kelompok mendengar-kan
gagasan-gagasan secara obyektif?”, “Apakah setiap anggota kelompok telah
diberikan kesempatan bicara secara memadai?” ”Apakah ada pihak yang
mendominasi?”, “Apakah kelompok mampu memecahkan pertentangan?”. Pengambilan
keputusan secara consensus harus dilakukan secara sistematis dan sabar. Tidak
perlu tergesa-gesa. Apabila kelompok mencapai konsensus, tim akan dapat bekerja
secara maksimal.
5.
Mengatasi
konflik
Bukan hal yang aneh jika
suatu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang berbeda latar belakang,
berpotensi memunculkan konflik. Jika tim
gagal menangani konflik dengan semestinya maka akan gagal mencapai tujuan.
Dengan dikembangkannya ketrampilan mengelola konflik, maka walaupun terjadi
konflik, tim masih memperoleh manfaat daripadanya. Pandangan yang saling
bertentangan satu sama lain, jika dikelola dengan baik justru akan menciptakan
suatu keputusan yang lebih baik.
Sebuah tim dapat
mengembangkan kapasitas menangani konflik melalui berbagai cara, misalnya
diskusi terbuka tentang konflik itu sendiri atau melalui diskusi yang tangguh
yang penuh perdebatan dan skeptisme. Permainan peran (role playing), dan latihan-latihan membantu tim mengembangkan
komunikasi terbuka yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik secara
produktif. Tim yang berkinerja tinggi antara lain dicirikan dengan adanya
anggota-anggota yang kritis, namun masih saling menghargai satu sama lainnya.
6.
Evaluasi
hasil
Sebagai suatu tim kerja
yang senantiasa berfungsi, tim harus mengevaluasi hasil kegiatannya guna
mengetahui keberhasilan atau pun kegagalannya. Evaluasi dapat dilakukan melalui
berbagai cara. Dalam beberapa kasus, hasil dari adanya tim kerja dapat diukur
berdasarkan kriteria baku produktivitas atau keluaran. Jika setelah dibentuknya
tim, produktivitas lebih baik daripada sebelumnya maka dapat dikatakan tim
tersebut efektif. Kesalahan yang makin berkurang, biaya produksi makin kecil,
tingkat turnover menurun, adalah beberapa tanda bahwa tim bekerja secara
efektif. Pemasok dan juga pelanggan yang menggunakan jasa tim harus pula
dijadikan sumber informasi keberhasilan atau kegagalan tim.
CIRI-CIRI TIM YANG BERKINERJA TINGGI
- Seluruh anggota mempunyai tekad menyelesaikan tujuan atau misi yang dikembangkannya.
- Tim bekerja dalam lingkungan yang anggotanya saling terbuka dan percaya satu sama lainnya.
- Seluruh anggota merasa memiliki tim, dan secara sukarela mereka berpartisipasi di dalamnya.
- Anggota terdiri atas orang dengan pengalaman, gagasan, pandangan, yang berbeda, dan perbedaan ini dihargai.
- Semua anggota tim secara terus menerus belajar dan memperbaiki dirinya. Hal ini membantu meningkatkan kemampuan tim dalam memecahkan persoalan.
- Semua anggota tim mengerti peranan dan tanggung-jawabnya, saling menghargai satu sama lainnya.
- Keputusan diambil berdasarkan konsensus
- Setiap anggota tim berkomunikasi secara terbuka, langsung, dan saling mendengarkan satu sama lainnya secara obyektif dan penuh kesabaran.
- Tim dapat menangani konflik tanpa harus memunculkan permusuhan.
- Pimpinan tim, apakah temporer atau tetap, mempraktekan gaya kepemimpinan partisipatif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok (group)
menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau lebih,
yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai
sasaran-sasaran tertentu. Sementara menurut Gibson, memandang berdasarkan 4 kelompok perspektif, yaitu:(1). Dari sisi
persepsi, yang mengutamakan interaksi. (2). Dari sisi organisasi, yang
menganggap kelompok adalah sistem organisasi. (3). Dari sisi motivasi, setiap
individu wajib menghargai satu sama lain. (4). Dari sisi interaksi, penekanan
pada interaksi personal yaitu komunikasi dengan cara tatp muka. Melalui beberapa pandangan tersebut, Gibson
menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu adalah kumpulan individu dimana
perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku dan atau
prestasi anggota yang lainnya.
Pembentukan kelompok dalam sebuah organisasi baik sengaja
ataupun tidak sengaja, diperlukan bagi organisasi. Kelompok yang sengaja
dibentuk oleh organisasi contonya adalah kelompok formal. Kelompok formal terbentuk karena adanya struktur organisasi.
Organisasi mempunyai persyaratan teknis yang timbul dari tujuannya, pencapaian
tujuan tersebut memerlukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Akibatnya pembentukan
anggota kelompok didasarkan posisi mereka dalam organisasi. Sedangkan
pembentukan kelompok secara tidak sengaja adalah kelompok informal. Di dalam
organisasi kelompok informal muncul
melalui interaksi para anggota organisasi. Perkembangan kelompok ini
berhubungan dengan norma perilaku mereka sendiri. Tipe-tipe kelompok formal
adalah (1). Kelompok Komando (commando
group); (2). Kelompok Tugas (task
group). Tidak hanya kelompok formal yang memiliki tipe kelompok, kelompok
informal juga terdiri dari: (1). Kelompok kepentingan (interest group); (2) kelompok persahabatan (friendship group).
Fungsi kelompok
dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi kebutuhan
individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas.
Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki
beraneka macam kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan sosial
bermasyarakat. Cirri-ciri utama yang ada pada kelompok, yaitu: (1)Terdapat
dorongan (motif); (2). Terdapat timbal balik terhadap interaksi; (3).
Pembentukan dan penegasan struktur organisasi; (4). Terjadinya penegasan
terhadap norma-norma berperilaku sebgai pedoman.
Beberapa individu yang berkumpul, bisa dikatakan sebagai
kelompok bila memiliki syarat-syarat terbentuknya kelompok. Syarat-syaratt ini
antara lain: keanggotaan yang jelas, sadar sebagai anggota kelompok, memiliki
satu kesaamaan tujuan, saling ketergantungan antar anggota lainnya, terjadinya
interaksi dalam kelompok, kelompok yang muncul berada dalam satu kesatuan
tunggal organisasi. Adapun alasan mengapa individu membentuk suatu kelompok,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial ini antara lain:
keamanan, sosial, penghargaan. Kelompok belum tentu merupakan tim, namun tim
pasti merupakan suatu kelompok. Robbins membedakan 4 variabel perbedaan antara
kelompok dan tim, dilihat dari sisi pandang sudut pekerjaan, yaitu: 1. Sasaran;
2. Sinergi; 3. Akuntabilitas; 4. Keahlian.
DAFTAR PUSTAKA
Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST:
Yogyakarta.
Gibson, Ivancevich,
Donnelly. 1997. Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses Jilid 1 dan 2. Binarupa Aksara: Jakarta.
Amirullah, dkk. 2000. Perilaku Organisasi. Bayumedia: Malang.
Seta Basri. 2011. Kelompok dan Tim dalam Organisasi.
(Online),
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html diakses tanggal 14 November 2012
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm diakses tanggal
14 November 2012
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm diakses tanggal
14 November 2012
http://www.accel-team.com/team_building/team_out_00.html diakses tanggal
14 November 2012
http://www.bussinestown.com/people/motivation-team.asp diakses tanggal
14 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar